Senin, 26 September 2011

CERPEN BUAT KEKASIHKU TERSAYANG


Kau Bukakan Mataku
14 Oktober 2005. Adikku, Muhammad Giovanni lahir kedunia. Awalnya, aku merasa senang sekali. Karena ia adalah adik pertamaku yang laki-laki. Sebenarnya, aku sudha punya adik sebelumnya. Namanya Saniya dan dia seorang perempuan.
Adikku ini lucu sekali. Pipinya tembem, Hidungnya pesek, bibirnya mungil dan matanya indah. Aku sangat menyayanginya.
Hingga suatu hari, aku mendapat kenyataan. Adikku merupakan penderita Down Syndrome, yaitu kelainan kromosom. Ini bukan penyakit, tapi merupakan sebuah keterbelakangan mental. Anak Down Syndrome memiliki ciri-ciri muka seperti orang Mongolia dan berjari pendek. Tumbuh kembang anak Down Syndrome sangat lambat. Lihat saja adikku ini. Kini, umurnya sudah 6 tahun, tapi belum lancar berbicara.
Meskipun begitu, aku langsung bisa menerima adikku apa adanya dia. Karena bagiku, dia bukan musibah, melainkan sebuah anugerah terindah. Aku yakin, Tuhan menitipkan anak seperti dia pada kami karena Dia percaya kami, bahwa kami bisa menjaganya, mendidiknya dan membesarkannya.
Mamaku berulang kali menasihatiku dan adikku Saniya, “Nanti, kalau sudah Mama sama Papa sudah nggak ada, jaga Gio. Sayangi adiknya. Jangan dikasari, jangan  dimarahi. Yang sabar kalau sama Gio. Karena bagaimanapun dia, dia itu titipan dari Tuhan. Tuhan percaya sama kita, bahwa  kita  sanggup menjaga  anak  special seperti dia. Ya?” kata Mamaku.
Ya, aku sangat menyayangi Gio. Apapun dia.
Kini, Gio bersekolah di SLB Cemara Wilis tingkat TK. Disana ia dididik oleh guru-guru yang khusus untuk menangani anak seperti Gio. Dikelasnya, Gio yang paling bandel diantara teman-temannya. Dia juga yang paling malas.
Teman-temannya yang Down Syndrome seperti dia banyak yang sudah bisa diajak berkomunikasi dengan lancar. Banyak yang sudah mengerti perintah. Tapi Gio?
Hahaha. Adikku ini semau-maunya sendiri. Ketika ia rajin-rajinnya, maka, ia akan mengerti perintah dan mau duduk manis belajar dengan tenang. Namun, ketika malasnya sudah keluar? Jangan pernah berharap Gio akan menatap wajah kalian ketika kalian mencoba mengajaknya berbicara. Ia akan berbicar semaunya sendiri dan mengoceh layaknya anak umur 2 tahun. Bagiku, ini adalah hal yang paling menggemaskan yang pernah kutahu.
Mengajari anak seperti Gio memang dibutuhkan kesabaran ekstra. Pernah suatu ketika, aku mencoba mengajarinya mengenaik anggota tubuh. Tapi, mungkin karena waktu itu moodnya sedang tidak baik, jadi ia tidak mendengarkanku sama sekali.
“Gio… belajar yuk…” Sapaku ramah.
Gio masih tengkurap di lantai dengan santainya dan mengejan, “Ernggh……….”
“Gio… Ayok, belajar yok…” Kali ini aku mencoba mengangkat badannya. Namun, ia mengakukan badannya sehingga aku keberatan untuk mengangkatnya.
“Gio… pintar ya, belajar ya. Supaya pin…” namun, sebelum kata-kataku selesai, eh… ia malah menjawabnya dengan suara kentut. Lantas ia tertawa gelid an berkata. “Supaya… kentut…”
Aku berusaha menahan tawa. Aku berusaha mencoba lagi agar Gio mau duduk manis.
“Gio, ayok.. duduk manis ya…”
Tanpa kuduga, tiba-tiba Gio berteriak “TIDAK MAU!!” dengan nada marah.
“Gio, Ayo belajar!” Aku mencoba mengeraskan suaraku.
“Argh!!” Geramnya.
“Gio….”
“ARGH!”
“Gio…”
“TIDAK MAU!”
“Gio…”
“ARGH!!!”
“GIO!” bentakku. Kesabaranku sudah habis. Aku mengangkat badannya dengan kasar. Tanpa kuduga, ia malah mencakari tanganku dan menjambaki rambutku. Aku pun menjerit kesakitan.
“GIO!! GIO!! TIDAK BOLEH! SAKIT, GIO!!” Jeritku.
Gio tidak mendegarkanku. Ia terus menjambaki rambutku dengan marah. Aku kemudian menahan lengannya dan memukul tangannya.
“GIO JELEK! NAKAL!!” kataku.
Tapi, Gio kemudian menatapku sedih. Matanya berkaca-kaca dan akan segera menangis. Melihatnya aku langsung panik. Dan benar, ia langsun menangis sekencang-kencangnya.
Mama langsun mendatangi kami. Gio merengek untuk digendong. Aku melapor pada Mama. Namun, Mama kemudian menasihatiku, “Al, kalau sama Gio itu yang sabar. Dia nggak kayak anak normal biasa. Memang butuh kesabaran ekstra untuk menanganiya. Meskipun Gio belum bisa diajak bicara, namun dia pintar untuk membaca hati orang-orang terdekatnya, seperti Mama, kamu, Saniya dan Papa. Gio tidak bisa dibentak atau dimarahi. Perasaannya sangat lembut. Kamu harus ngerti itu.”
Aku terdiam. Mungkin caraku memang salah. Aku melihat Gio masih menangis sambil memasukkan ibu jari tangannya kedalam mulutnya.
Beberapa saat kemudian, ketika Gio sudah mulai tenang, aku mencoba mendekatinya lagi. Namun, aku akan mencoba denan cara yang lebih lembut.
“Gio…” kataku sambil mengelus kepalanya. “Maaf ya, sayang ya. Gio nakal, sih…” kataku lagi.
“Gio yang pintar, ya. Ayo, kita belajar yok, supaya pintar, ya sayang ya?” tanyaku lembut sambil mengelus kepalanya.
Gio menengok padaku dan ia terdiam. Aku tersenyum. Aku pun segera mengambil kumpulan kartu bergambar dan mencoba mengajarinya.
“Mata…” kataku sambil menunjukkan gambar mata.
Gio hanya memandang kartu tersebut dan tidak mau menirukanku sama sekali.
“Hidung…” kataku sambil menunjukkan gambar hidung.
Lagi-lagi ia hanya menatap dan tidak mau menirukannya.
“Telinga…” kataku sambil menunjukkan gambar telinga.
Dan lagi-lagi, Gio tidak mau mengcapkannya.
“Alis…” kataku sambil menunjukkan gambar alis.
“Alish…”Akhirnya Gio mau menirukanku. Aku tersenyum senang da lega. Tiba-tiba aku teringat pada sebuah artikel yang pernah kubaca tentan cara mendidik anak seperti Gio. Bahwa kita harus langsung memberikan penghargaan begitu dia berhasil menjalankan peirntah, mengikuti pelajaran atau mau menurut.
“YE… Pintar Gio, pintar Gio!” sorakku sambil tersenyum. “Tepuk tangan dulu, tepuk tangan…!” kataku sambil memeragakan gerkan tepuk tangan.
“Teppu… tannan…” kata Gio sambil mengikuti gayaku. Aduh lucu sekali….
Ternyata, apa yang Mama katakana benar. Kita memang harus super sabar menghadapi anak berkebutuhan khusus seperti Gio. Karena, mereka tidak seperti anak normal biasanya yang mudah langsung mengerti. Tapi, bagi mereka itu butuh proses. Dan proses itu sangat sulit bagi mereka.
O,ya. Waktu kami sekeluarga berjalan-jalan di department store, kami sedang mengantri untuk membayar. WAktu itu Gio digendong oleh papaku. Tapi karena ia terus meronta-ronta dengan gaya yang tak wajar, orang-orang pun mulai melirik io dengan tatapan aneh. Sampai-sampai ada seorang pramuniaga yang menatap gio secara heran sampai kami keluar dari antrian kasir.
Bagiku, ditatap aneh seperti itu adalah  suatu hal yang sudah biasa. Ketika ditatap seperti itu memang muncul perasaan sebal, kesal, dan jengkel. Tapi, kita tidak perlu malu memiliki saudara seperti itu. Itu hanya tatapan yang sebentar saja. Kita tak perlu menggubrisnya dan tak usah sewot dengan tatapan seperti itu.
Yah, Gio sudah membuka mataku. Ia menunjukkan padaku bahwa ada sisi kehidupan lain di masyarakat. Ada beberapa anak-anak yang diberikan Tuhan kelebihan khusus baginya.Ya, sperti adikku Gio.
Di sekolah Gio ada anak penderita autis, ADHD, CP, Tunarungu dan Tuna grahita (keterbelakangan mental). Ingat teman, mereka bukan suatu momok yang aneh, menjijikkan, memalukan dan perlu diajuhi. MEREKA JUGA BUKAN BAHAN OLOKAN.  Namun mereka hanyalah sosok yang butuh perhatian khusus dan pengertian yang berlebih dari kita. Butuh dorongan agar mereka bisa maju.  Mereka menjadi seperti ini pun bukan kemauan mereka, ‘kan? Andai mereka bisa memilih, tentu mereka tidak akan memilih pilihan ini.
Sebenarnya mereka memiliki semangat yang jauh luar biasa dari kita, orang yang normal. Yaitu semangat untuk maju, semangat untuk melangkah dari semua keterbatasan dan kekurangannya. Karena bagi mereka, pertanyaan-pertanyaan sederhana  “Siapa namamu?” adalah pertanyaan yang sulit. Oleh karena itu, mereka akan terus berusaha dan berlatih agar bisa menjawab pertanyaan itu.
Teman, aku sadar. Kita yang terlahir normal mudah sekali menyerah jika dibandingkan dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus tadi. Jadi, jika mereka saja bisa semangat sehingga berhasil mencapai target, kenapa kita tidak? Kenapa kita bisa kalah dengan mereka, yang terlahir dengan serba kekurangan. Oleh karena itu, ayo. Mulai sekarang, ayo terus motivasi diri kita dan bersemangatlah!
Nah, hal itulah yang kupelajari dari Gio, adikku yan sangat kusayangi. Terima kasih telah mengajarkan hal yang sangat berharga ini Gio. Meskipun bagi sebagian orang yang tidak memahamimu kau adalah hal yang aneh dan menakutkan, bagiku kau merupakan hal terbaik yang pernah kudapat. Mbak Aliya dan Mbak Saniya akan terus berusaha menjadi kakak yang baik bagimu. Menjadi kakak yang mampu menuntunmu dan mengajarimu. Sama seperti kau yang telah membukakan mataku dan mengajari hal yang berharga ini. Terima kasih ya dek, I Love You…

Didedikasikan untuk adikku tersayang, Muhammad Giovanni
Aliya Wardhani, 9 Bilingual 1

Kamis, 22 September 2011

CERPEN F I K A


FIKA

 
Ada seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama 6 tahun. Pada saat lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang ayah yang mengadopsinya.
Ayahnya berumur 40 tahun yang bertempat tinggal di tempat yang sangat kumuh dan kotor. Karena ia sangat miskin jadi tidak ada wanita yang ingin menikah dengannya. Pada suatu hari ia sedang berjalan-jalan dan secara tidak sengaja ia mendengar suara bayi yang sedang menangis, ia pun terus mencari sumber dari mana berasal suara tangis bayi tersebut. Lalu, ia pun menemukan bayi yang sedang kedinginan dan telah tergeletak di hamparan rumput. Ia pun tidak tega melihat bayi tersebut kemudian ia menggendongnya dan mendiamkan bayi yang sedang menangis itu lalu ia berpikir bahwa jika bayi itu ditinggalkannya maka keselamatan bayi tersebut terancam lalu ia memutuskan untuk merawatnya. Kemudian ia memberi nama Fika terhadap bayi tersebut.
Karena ayah fika sangat miskin jadi ia tidak mampu untuk membeli susu bubuk dan ia pun tidak dapat memberikan asi. Oleh karena itu, ayah fika hanya mampu untuk memberikan air tajin (air beras) kepada fika. Ia pun dengan sangat terpaksa memberikan air tajin tersebut yang tidak layak kepada anaknya tersebut dan ia sangat menyesal karena ia tidak dapat menjadi ayah yang baik dan tidak dapat memberikan makanan yang layak untuk anaknya. Walaupun fika bukan anak kandungnya tetapi, ia sangat menyayangi fika dengan setulus hatinya dan menganggap fika sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena fika sering mengkonsumsi air tajin tersebut maka, ia tumbuh menjadi anak yang lemah dan sakit-sakitan, ayahnya pun ikut khawatir dengan keadaan anaknya yang lemah seperti itu. Tetapi, fika adalah anak yang penurut dan sangat patuh dan ia selalu mencoba agar tetap kuat. Tahun demi tahun berganti fika pun tumbuh dan bertambah besar serta ia menjadi anak yang sangat pintar dan baik hati. Para tetangga pun sering memuji fika yang sangat pintar walaupun ia sering sakit-sakitan sejak kecil dan mereka sangat menyukai fika karena kebaikan hatinya.
Di masa kanak-kanaknya fika sudah mengalami kesusahan dalam hidup yang sangat luar biasa, saat ia berumur 5 tahun ia sudah terbiasa mandiri dan ia sering membantu ayahnya mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, memasak nasi, dan hal-hal lainnya. Setiap hal ia kerjakan dengan baik dan dengan sungguh-sungguh. Dia sadar ia berbeda dengan anak-anak lainnya karena anak-anak yang lain memiliki sepasang orang tua sedangkan ia hanya memiliki seorang ayah. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan ayahnya yang saling menopang. Karena itu, dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat ayahnya menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di
sekolah. Hal ini lah yang membuat ayahnya yang tidak berpendidikan bangga didesanya.
Dia tidak pernah mengecewakan ayahnya, dia pun selalu bernyanyi untuk
ayahnya karena ia ingin selalu menghibur ayahnya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakannya kepada ayahnya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji ayahnya. Setiap
kali melihat senyuman ayahnya, dia merasa puas dan sangat bahagia.
Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki ibu, tetapi
dengan hidup bersama ayahnya, ia sudah sangat berbahagia.
Pada saat fika berada di sekolah tiba-tiba ibu guru datang dan mengumumkan bahwa dalam rangka hari ibu, sekolah akan mengundang para ibu semua anak dan setiap anak harus membuatkan puisi untuk ibunya lalu membacakan puisi tersebut didepan panggung bersama sang ibu, fika pun terlihat sedih dan murung karena ia bingung harus mengajak siapa sebab ia tidak memiliki seorang ibu dan ia berpikir tidak mungkin memberitahukan undangan tersebut pada ayahnya karena ia tidak mau menyulitkan ayahnya dan membuat sedih ayahnya. Sesampainya di rumah pun fika masih terlihat murung dan ayahnya yang memperhatikan fika pun bingung karena fika tidak seperti biasanya yang periang, gembira, dan suka bercanda. Ayahnya pun bertanya tentang keadaan fika yang tidak seperti biasanya tetapi, fika menjawab bahwa ia baik-baik saja dan berkata kepada ayahnya bahwa ayahnya tidak perlu cemas dan fika pun memutuskan untuk tidak mengatakan tentang undangan. Ayahnya pun masih ragu dengan jawaban fika tersebut tetapi, ayahnya tidak ingin memperpanjang lagi dan tidak ingin membuat fika menjadi bingung, ayahnya pun segera mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan agar fika segera tidur karena besok dia akan sekolah akhirnya fika pun menuruti kata ayahnya tersebut. Ayahnya pun masih merenung memikirkan sesuatu apa yang membuat fika menjadi murung dan tampak sedih dan di saat ayah fika yang sedang kebingungan tentang fika tiba-tiba pandangannya tertuju pada tas fika yang berantakan. Dia pun memutuskan untuk membereskannya dan pada saat merapikan buku, ayah fika menemukan sebuah undangan yang ditujukan kepada orangtua murid. Ayah fika pun sadar bahwa hal itulah yang menyebabkan fika menjadi sedih.
Keesokan harinya sebelum fika berangkat sekolah ia dikejutkan dengan ayahnya yang sudah berpakaian sangat rapi dan menunggunya di depan rumah karena fika selalu berangkat sekolah hanya sendiri sebab biasanya saat subuh ayahnya sudah berangkat kerja. Fika yang bingung pun bertanya mengapa ayahnya masih disini dan tidak berangkat kerja tetapi, ayahnya malah menjawab apakah fika sudah membuat puisinya fika pun sangat terkejut dan ayahnya pun juga mengatakan agar fika dapat membaca dengan bagus dan nyaring saat mereka berada dipanggung nanti dan ayahnya pun tersenyum lebar saat itu, begitu mendengar perkataan ayahnya dan melihat senyum yang mekar diwajah ayahnya, fika menjadi semangat lalu ia menghapus air matanya dan menggantinya dengan senyuman indah setelah itu ia memeluk ayahnya dengan erat sambil mengatakan “Kau, adalah ayah tehebat dan aku tidak perlu membutuhkan seorang ibu karena aku mempunyai ayah yang sangat hebat yang selalu ada disampingku”. Mereka pun saling tersenyum dan fika pun berangkat bersama ayahnya menggunakan sepeda di saat perjalanan fika terlihat sibuk menghafal puisinya dan ia tidak henti-hentinya terus tersenyum. Setibanya di sekolah, fika pun langsung menggandeng tangan ayahnya dan mengajak ayahnya untuk ke aula tempat dimana acara berlangsung lalu mereka mencari tempat duduk dan fika langsung mengambil tempat duduk paling depan. Semua orang pun heran mengapa fika membawa ayahnya dan bukan ibunya. Lalu, salah seorang teman fika yang berada disebelahnya bertanya mengapa fika membawa ayahnya dan bukan ibunya kemudian, fika menjawab denga penuh percaya diri “Aku hanya mempunyai seorang ayah”. Teman fika yang mendengar jawabannya pun menjadi bingung, tiba tiba ibu guru mendatangi fika dan ayahnya langsung berkata “Maaf fika hanya mempunyai ayah” ibu guru yang mendengar itu berkata bahwa ia mendatangi fika bukan karena ingin bertanya tentang itu tetapi ia ingin mengatakan bahwa fika tampil urutan pertama di atas panggung dan ibu guru ingin memberikan semangat untuk fika, lalu fika pun mengucapkan terima kasih kepada gurunya itu. Fika pun tampil bersama ayahnya dipanggung dan fika pun membacakan sebuah puisi untuk ayahnya yang berjudul “My Father”
Dikala mentari mulai menepi
Selalu ada harapan dalam keyakinan
Engkaulah sumber kehidupanku
Yang selalu memberikan perlindungan

Dirimu bagai surya dipagi hari
Yang tak pernah terlambat untuk bersinar
Dirimu adalah naungan hidupku
Dan tempatku untuk bersandar

Senja itu tak pernah kulupa
Disaat engkau peluk diriku
Dengan sejuta kasihmu yang suci mulya
Yang selalu memberi kesan dalam hidupku

Sejuta rintangan yang menghalangi
Panas mentari yang menyengat
Engkau rela korbankan waktumu untukku
Dan engkaulah pemberi semangat bagiku
Dan di saat-saat terakhir ada sebuah kalimat yang dibacakan oleh fika I love U father, U're my idol, U're my best thing that I have, I love U father, I love U so much”. Ayah fika yang mendengar puisi anaknya tersebut lalu meneteskan airmata dan memeluk anaknya tersebut. Semua orang pun terkejut melihat penampilan fika dan ayahnya yang sangat mengharukan diatas panggung dan mereka bertepuk tangan dengan meriah. Tetapi, tiba-tiba saat fika ingin turun dari atas panggung ia merasakan pusing dan hidungnya mengeluarkan darah. Ayah fika sangat cemas dengan keadaan fika tersebut dan langsung membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit ternyata banyak orang yang mengantri sedangkan hidung fika terus mengeluarkan darah, fika hanya bisa menahan dengan tangannya. Karena tidak tahan dengan keadaan anaknya yang seperti itu ayah fika memutuskan untuk mengambil sebuah ember yang berada didekat mereka dan ada seorang dokter yang tidak tega dengan keadaan fika tersebut jadi ia langsung dibawa ke ruangan khusus. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa fika mengalami penyakit leukimia yang sudah sangat parah dan dengan keadaannya yang sekarang ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi dan jalan satu-satunya untuk menyelamatkannya adalah mencari tulang sum-sum yang cocok dengannya. Ayahnya pun bingung karena tulang sum-sumnya sudah pasti tidak cocok karena ia bukan ayah kandung dari fika lalu ayah fika memutuskan untuk melihat fika dulu dan sesampainya di ruangan fika, ayahnya menetaskan air mata dan langsung memeluk anak kesayangannya tersebut. Fika pun berkata “Ayah, fika sakit apa? Mengapa ayah menangis? Apakah fika melakukan kesalahan?” ayahnya pun menjawab “Tidak, ayah tidak menangis dan fika tidak melakukan kesalahan apapun dan .....fika....tidak sakit, fika hanya..............” ayahnya pun bingung harus mengatakan apa kepada fika tetapi fika malah tersenyum dan berkata “Ayah.....jangan takut......jikapun fika sakit, fika tidak takut menghadapi itu karena ayah selalu menemani fika. Ayahnya pun tak tahan menahan haru dan ia kembali meneteskan airmata dan memeluk fika.
       Hari demi hari ayah fika selalu mencari-cari orang yang dapat mendonorkan tulang sum-sumnya pada fika  tetapi tetap tidak ada hasil tidak ada tulang sum-sum yang cocok untuk fika dan fika pun tetap menjalani hidupnya seperti biasa tanpa menghiraukan penyakitnya yang semakin parah.
       Pada saat fika berangkat sekolah, ayahnya mengantarkannya ke sekolah dan pada saat diperjalanan tiba-tiba fika berkata “Ayah aku senang hari ini ayah dapat mengantarku, ayah jika terjadi sesuatu padaku nanti aku ingin ayah tidak meneteskan airmata” fika pun lalu tersenyum dan ayahnya kaget ketika mendengar permintaan fika yang tidak seperti biasanya dan ternyata tanpa terduga itu adalah permintaan terakhir fika terhadap ayahnya karena pada saat ayahnya bekerja tiba-tiba ia ditelepon oleh pihak sekolah bahwa fika jatuh pingsan di sekolah dan ketika ia dibawa rumah sakit ternyata fika sudah tidak bisa terselamatkan lagi ayah fika yang mendengar itu langsung shock seketika.
Pemakaman fika pun tiba ayahnya masih terlihat tidak rela atas kepergian anak kesayangannya tersebut dan sebelum ayahnya pergi sambil tersenyum ia berkata “Putri kecilku, berbahagialah di sana, ayah sayang fika dan fika selalu akan ada dihati ayah”.
THE END
Karya : CLara Bilingual one

Senin, 19 September 2011

RESENSI BUKU

Generasi Unggul dengan Otak Tengah 

 Sumber: Jawa Pos, Minggu, 14 Maret 2010

Judul Buku: Dahsyatnya Otak Tengah
Peresensi:Adi Baskoro
Penulis: Hartono Sangkanparan
Penerbit : Visimedia
Tebal: xvi 148 halaman

AKTIVASI otak tengah adalah fenomena baru di Indonesia. Kurang lebih enam bulan lalu, aktivasi otak tengah untuk anak usia lima hingga lima belas tahun mulai meramaikan workshop edukasi dan perkembangan otak anak. Inikah cara instan menjadikan anak Anda genius dan “hebat”?

Di Malaysia, otak tengah dikenal sejak lima tahun lalu. Bahkan oleh pemerintah Malaysia, aktivasi otak tengah langsung direspons positif, terkait pengembangan pendidikan anak-anak. Sedangkan di Indonesia, aktivasi otak tengah dikenalkan David Ting dari negeri jiran.
Sementara di Jepang, sudah lebih dari 40 tahun silam aktivasi otak tengah telah teruji dan terbukti. Namun, Negeri Sakura itu tidak membuka rahasia teknik aktivasi ke publik di luar Jepang.
Pembedaan adanya otak kiri dan otak kanan umum kita kenal. Otak kiri dikenal berperan pada logika, pembelajaran bahasa, angka, tulisan, dan hitungan. Sedangkan otak kanan berperan pada daya kreativitas, imajinasi, dan lainnya. Nah, otak tengah (mesencephalon) berfungsi sebagai jembatan penghubung antara otak kanan dan otak kiri. Selain itu, otak tengah berfungsi sebagai keseimbangan.
Otak tengah juga diyakini sebagai perkembangan pertama dalam pertumbuhan janin. Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi seperti stasiun relai untuk informasi pendengaran dan penglihatan. Otak tengah juga berperan untuk meningkatkan kemampuan mengasihi orang lain.
Otak tengah tidak saja bisa diaktifkan secara “manual”, tapi juga aktif secara alami. Orang-orang yang otak tengahnya aktif secara alami biasanya disebut orang-orang dengan kemampuan luar biasa. Misalnya, tunalnetra yang bisa “melihat” dimungkinkan otak tengahnya aktif secara alami.
Otak tengah sudah lama masuk ranah penelitian medis kedokteran. Penelitian otak tengah berhubungan dengan frekuensi gelombang otak (alpha hingga tetha) yang dikenal bisa mengondisi tubuh manusia menjadi rileks dan nyaman.
Sesuai penamaan, otak tengah terletak di posisi tengah di antara otak kiri dan kanan. Otak tengah mendominasi perkembangan otak secara keseluruhan. Di dalam kandungan, ukuran otak tengah, jika dibandingkan dengan bagian otak lain, paling dominan. Bahkan, bayi dalam kandungan diduga dapat melihat keluar rahim ibunya lewat perantara otak tengah (hlm 79-80).
Metode mengaktifkan otak tengah oleh GMC (Genius Mind Consultancy) itu dilakukan dengan komputerisasi, bermain, dan mendengarkan suara. Penulis buku ini meyakini keberhasilan pengaktifannya hingga 90 persen.
Dalam buku ini, Hartono menyebutkan, bila otak tengah telah diaktifkan, daya konsentrasi akan meningkat, kemampuan fisik dalam olahraga akan berkembang, otak kanan dan kiri lebih seimbang, ada keseimbangan hormon, serta daya intuisi meningkat. Terkait mental anak, manfaat secara umum otak tengah, anak yang hiperaktif bisa duduk dengan tenang. Anak yang diam menjadi lebih aktif.
Efek-efek yang ditimbulkan setelah otak tengah diaktifkan bermacam-macam dan masing-masing anak tidak dapat disamakan. Misalnya, ada yang dominan dengan intuisinya, seperti bisa memprediksi kejadian masa mendatang, membaca warna dengan mata tertutup, dan sebagainya.
Ada efek “ajaib” yang ditimbulkan setelah otak tengah anak diaktifkan. Salah satunya bisa mendeteksi penyakit, menerima sinyal firasat, menebak kartu, mewarnai tanpa melihat, dan lainnya. Namun, efek di sini tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak menjadi pesulap atau cenayang. Sekali lagi metode tutup mata dimaksudkan untuk melatih otak tengah yang telah diaktifkan agar tidak tertidur lagi.
Hanya, mengapa otak tengah tidak diaktifkan saat usia anak 0 hingga 5 tahun atau di atas usia 15 tahun, tidak dijelaskan secara rinci. Hartono (penulis buku ini) mengatakan bahwa sangat mungkin setelah usia 15 tahun, otak tengah akan sulit diaktifkan.
Dalam buku ini juga tidak dipaparkan bagaimana cara mengaktifkan otak tengah secara khusus dan detail untuk mendapatkan gambaran yang terang. Untuk menutupi kekurangan itu, Hartono coba menunjukkan secara audiovisual lewat video penyerta dan alamat-alamat website pendukung informasi otak tengah. Dalam video tersebut, didokumentasikan demo anak-anak yang telah diaktifkan otak tengahnya. Selain itu, video penyerta berisi wawancara dan testimoni dari orang tua yang otak tengah anak-anaknya diaktifkan.
Informasi dalam buku ini menambah terobosan baru yang bersinggungan dengan dunia edukasi dan perkembangan kecerdasan anak. Namun, biaya aktivasi otak tengah yang relatif mahal bisa menjadi kendala di kalangan masyarakat menengah-bawah. Nah, semestinya, hasil penelitian yang sudah teruji dan terbukti itu direspons pemerintah, baik melalui departemen pendidikan nasional maupun dinas kesehatan.

Kisah Hidup Sang Pengacara Bijak 

Sumber: Kompas, 17 Juni 2011
Judul   : Samuel Leibowitz: Pengacara Kaum Tertindas
Peresensi: Arif Syam
Pengarang  : Fred D. Pasley
Penerjemah  : Nisrina Lubis
Tahun   : 2010
Penerbit  : Navila Yogyakarta
Tebal   : xvi + 292 halaman


Samuel Leibowitz, sang pengacara kaum tertindas ini, jelas memiliki nama yang cukup tenar di kalangan pengacara di berbagai belahan dunia. Ia bahkan tercatat sebagai salah satu pengacara yang turut serta menegakkan tonggak hukum di Amerika Serikat.
Nama Leibowitz mulai mencuat di seantero Amerika setelah dia sukses membebaskan sembilan pemuda kulit hitam dari kursi listrik. Kala itu, sembilan pemuda kulit hitam tersebut divonis telah memperkosa dua orang perempuan kulit putih dan harus dihukum mati, hanya dengan tiga hari masa proses persidangan. Tak ayal keputusan ini pun menuai protes dari berbagai pihak, termasuk sebagian orang kulit putih. Banyak tokoh nasional Amerika kala itu pun mengajukan petisi, salah satunya Albert Einstein.
Sidang ulang pun digelar dan Leibowitz, diminta untuk membela sembilan pemuda tadi. Leibowitz tidak langsung menerima tawaran tersebut. Dia masih memeriksa terlebih dulu berkas-berkas persidangan, karena dia tidak mau membela orang yang memang bersalah. Setelah mempelajari berkas-berkas tersebut dia pun memutuskan untuk bersedia menjadi pembela tanpa meminta bayaran sedikitpun.
Sepak terjang Leibowitz tersebut secara gamblang mengatakan bahwa slogan justice for all telah benar-benar dipraktikkan oleh pengacara keturunan Yahudi tersebut. Sikap Leibowitz itu tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan di Amerika era tahun 1930-an, di mana sentimen rasial masih sangat kental. Tidak berlebihan jika kemudian Fred D. Pasley, penulis buku-buku biografi di Amerika, tergerak untuk meneliti pengacara kondang era 1930-an tersebut dan mengisahkannya dalam buku setebal 292 halaman ini.
Dengan bahasa yang mengalir, buku yang berjudul Samuel Leibowitz: pengacara kaum tertindas ini mengisahkan berbagai sepak terjang Leibowitz selama dia menjadi pengacara. Dikisahkan bahwa Leibowitz bukan sekedar tenar dan kontroversial, tetapi juga terbilang pengacara yang memiliki prestasi yang cukup memukau. Betapa tidak, terhitung Leibowitz berhasil membebaskan 77 orang dari hukuman mati dari 78 orang yang dibelanya. Tak ayal dia pun menjadi pengacara yang cukup mahal di New York pada waktu itu, yaitu dengan tarif minimal US$ 10.000.
Namun, kenyataan tersebut bukan lantas berarti Leibowitz itu pengacara mata duitan. Leibowitz pernah dihadapkan dengan dua kasus dalam waktu yang bersamaan, yaitu Al Capone seorang gembong mafia yang berani membayar US$ 100.000 dan si malang Herry Hoffman yang sama sekali tidak punya uang untuk  membayar. Alhasil Leibowitz ternyata lebih memilih untuk membela seorang Herry Hoffman. Sikap Leibowitz tadi agaknya cukup sulit untuk dijumpai di bumi pertiwi ini. Akhirnya, di tengah kondisi carut marut hukum di Indonesia—kasus Antasari Azhar yang masih belum jelas sampai saat ini, nenek Minah yang dipenjara hanya karena mencuri tiga buah kakau, koroptor yang bebas berkeliaran, dan lain sebagainya—kehadiran buku ini telah memberi kontribusi yang besar. Semangat mempertahankan prinsip justice for all oleh Leibowitz di sepanjang kisah hidupnya dalam buku ini tentu sangat cukup untuk menginspirasi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan pengacara.




Judul : Warriors #1 : Into The Wild
Peresensi: Truly Rudiono
Penulis  : Erin Hunter
Penerjemah : Yunita Candra S
Penyunting : Ari Nilandari
Halaman: 346

Di musim pohon telanjang, hutan bisa menjadi kejam di malam hari. Klan akan menuntut kesetiaan yang tinggi dan  kerja keras. ……. Tetapi imbalannya besar. Kau akan tetap menjadi kucing jantan. Kau akan dilatih dengan cara alam liar. Kau akan belajar menjadi kucing sejati….
Hanya api yang bisa menyelamatkan klan kita
Rusty hanyalah sekor kucing rumahan biasa saja, pada mulanya. Apa lagi yang dicari dalam hidup ini. Pemiliknya sangat  menyayanginya. Semua kebutuhannya pasti terpenuhi. Ia hidup dalam kemewahan dan kenyaman. Suatu  bau tajam hutan sehabis hujan menggoda dirinya. Baunya  tercium lebih segar. Ia tergoda untuk  melihat-lihat hutan yang berada tak jauh dari rumah pemiliknya
Di pinggir hutan ia bertemu dengan beberapa kucing liar. Sebuah pertemuan singkat namun mampu mengubah seluruh hidupnya. Ternyata di dalam hutan tendapat beberapa klan kucing liar. Mereka hidup dengan saling menghormati berdasarkan kode etik yang berlaku.
Setiap kucing dalam klan ingin menjadi warrior, pejuang guna mempertahankan klannya. Sepertinya sebuah kehidupan yang menarik. Bagi mereka, Rusty hanya seekor kucing lemah peliharaan si kakidua, sebutan mereka untuk manusia. Rusty seakan menemukan sesuatu yang menarik dibandingkan dunia nyamannya yang cenderung terlihat membosankan dibandingkan kehidupan para kucing liar.
Apa lagi para kucing liar yang berasal dari klan ThunderClan menjamin ia tetap menjadi kucing jantan, karena ia tak akan dibawa ke dokter hewan. Rusty  Mendadak teringat  salah satu temannya yang menjadi gendut dan malas sejak kunjungannya ke dokter hewan. Bukan kehidupan yang diinginkan oleh Rusty harus memutuskan  apakah ia akan menerima ajakan untuk bergabung di  ThunderClan dan hidup sebagai kucing liar di alam bebas dengan mengikuti segala peraturan yang berlaku di klannya. Atau ia memilih melupakan ajakan mereka dan hidup damai sebagai peliharaan kakidua, serta menjadi gemuk sejak dibawa ke dokter hewan!
Bisa ditebak bagaimana keputusan Rusty
Seperti saya yang meninggalkan zona nyaman untuk mendapatkan sesuatu yang lebih berarti, Rusty juga meninggalkan kehidupan nyamannya.  Perjuangannya untuk diterima sebagai anggota klan tidaklah mudah, apalagi mengingat latar belakang  sebagai kucing rumahan. Rusty juga harus membuktikan ia layak menjadi salah satu warrrior.  Mulai saat itu hingga ia menyelesaikan pendidikannya, Rusty akan dipanggil dengan nama Firepaw, guna menghormati warnanya yang seperti api
Tingkah polah kucing yang biasanya kita temui justru tidak ada dalam buku ini. Tidak ada kucing yang bermanja-manja, menjemur diri  seharian di panas matahari  atau hanya duduk manis di pangkuan pemiliknya. Yang ada justru kucing-kucing gesit yang berlatih perang, berburu makanan dan menjaga daerah kekuasaan klannya. Duh di dunia kucing juga ada perebutan kekuasaan layaknya manusia.
Ternyata menjadi warrior bukan hanya urusan mengadu kekuatan otot  dan keberanian saja, keterampilan otak juga diperlukan. Firepaw sekarang berlatih bersama Graypaw dan  Revenpaw. Kebersamaan saat latihan membuat  mereka  menjalin persahabatan.
Tidak semua kisah yang ada melulu soal perkelahian atau pelatihan menjadi warrior. Ada kisah persahabatan, setia kawan tentunya rasa kesal. Misalnya saja saat Firepaw dihukum harus mengurus Yellofang seekor kucing  dari klan lain yang sedang ditampung.  Perkerjaan yang tak mudah ternyata. Kenyataannya Yellowfang membutuhkan bantuan untuk mengurus dirinya yang luka, namun ia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Sikap ini sering membuat Firepaw kesal. ” Kau hanya perlu terbiasa diurus hingga kau cukup sehat untuk mengurus dirimu sendiri, karung-tulang-tua-pemarah! Seru  Firepaw saat amarahnya tak tertahankan.
Para klan terlihat hidup rukun berdampingan .
Tapi……………,
Tetap saja ada yang ingin mengganggu ketertiban tatanan hidup klan-klan yang ada. Selalu saja ada perusuh diantara mereka yang hidup berdampingan dengan tertib. Ada yang menghancurkan sebuah klan dan berusaha menghancurkan yang lain. Ada penyusup diantara mereka. Fitnah bertebaran seiring hembusan angin. Suasana nyaman berubah menjadi mencekam.
Ini merupakan kesempatan bagi Firepaw dan para sahabatnyan untuk   membuktikan kesetiaan mereka, tentunya sambil menyelesaikan pendidikannya. Ia dan para sahabat harus membantu anggota klain yang lain untuk berburu makanan, menjaga wilayah serta tak ketinggalan menjaga anak-anak kucing yang masih sangat kecil.
Sekedar saran, sebelum membaca tuntas cerita dalam buku ini, sebaiknya memahami dulu aneka istilah yang ada. Lalu mengenal tokoh-tokoh yang ada dalam daftar klan, telusuri peta yang ada. Dengan memahami semuanya kita akan lebih menghayati kisah yang ada. Suasana pertempuran lebih mudah dipahami sehingga ketegangan kian memicu adrenalin. SERU!
Secara keseluruhan buku ini memang layak dibaca untuk  segala usia. Walau terus terang saya penasaran, kenapa kata Warrior tidak diterjemahkan menjadi prajurit? Apakah takut mengurangi kesan sangar. Penggunaan kata klan juga tetap digunakan dalam buku ini. Bagi saya, kata suku mungkin malah memberikan kesan kehidupan yang lebih kompleks.
Kucing sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak  6.000 tahun SM. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya  kerangka kucing di  Pulau Siprus. Orang Mesir Kunodari 3.500 SM telah menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus dan sejenisnya darilumbung. Orang Mesir kuno menganggap kucing sebagai penjelmaan Dewi Bast , juga dikenal sebagai Bastet atau Thet. Hukuman untuk membunuh kucing adalah mati, dan jika ada kucing yang mati kadang dimumikan seperti halnya manusia.
Seiring perkembangan zaman, jumlah kucing ras  atau kucing yang garis keturunannya murini hanyalah 1 % Contohnya persia, siam, manx, sphinx.  Dalam perhitungan tahun Vietnam, kucing juga mendapat jatah tahun.
Dalam buku ini kucing benar-benar digambarkan sebagai “karnivora yang sempurna” dengan gigi dan saluran pencernaan yang khusus. Sepasang taring di setiap sisi mulut layaknya gunting atau pisau tajam berguna untuk merobek daging mangsanya.  Tengok saja bagaimana   cara kucing makan, berburu. Atau bagaimana mereka melukai musuh saat terjadi perkelahian.
Kucing biasanya dapat membentuk koloni  liar tetapi tidak menyerang dalam kelompok seperti singa. Setiap kucing memiliki daerahnya dan selalu terdapat daerah “netral” dimana para kucing dapat saling mengawasi atau bertemu tanpa adanya konflik. Dalam kisah ini, daerah netral serta bertemu tanpa adanya konflik, adalah  pertemuan yang dilakukan setiap satu bulan sekali.
Kucing termasuk hewan yang bersih. Mereka sering merawat diri dengan menjilati rambut mereka. Kadang kala kucing memuntahkanhairball atau gulungan rambut yang terkumpul di dalam perut mereka.Kucing dapat menyimpan energi dengan cara tidur lebih sering ketimbang hewan lain. Lamanya   antara 12-16 jam per hari, namun ada juga yang tidur selama 20 jam.
Kisah ini dibuat oleh sang tukang cerita, Erin Hunter,  sebagai wujud kecintaannya kepada kucing. Tak heran jika penggambarannya sangat terinci. Khusus untuk seri ini ada 6 buku yaitu:
1.   Into the Wild
2.   Fire and Ice
3.   Forest of Secrets
4.   Rising Storm
5.   A Dangerous Path
6.   The Darkest Hour