Jumat, 09 September 2011

AYAH


Judul Cerpen : “Ayah … Dimana perasaanmu?”
Alur cerita      : Alur Campuran
Pemeran Cerita : 1) Dessy Anggraini (Seorang Anak)
                           2) Ibu Ratna (Seorang Ibu)
                           3) Pak Rizal (Seorang Ayah)
                           4) Nenek
Ayah..
Dimana perasaanmu?
Aku terlahir dari keluarga Petani. Namaku Dessy Anggraini, atau lebih akrab disapa Dessy. Nama ayahku Rizal sedangkan ibuku Ratna. Aku sangat bahagia sekali mempunyai ayah dan ibu, yang seperti mereka berdua. Walaupun hidup kami bisa dibilang pas – pasan, tapi aku cukup merasa bahagia. Tapi kebahagiaanku tidak berlangsung lama, saat ujian hidupku datang menghampiri , waktu itu usiaku 3,5 tahun. Dari situlah hubungan keluargaku mulai goyah dan mulai tak harmonis lagi. Permasalahan itu dating berawal dari nenekku yang tidak menyukai ayahku. Nenekku ingin kedua orangtuaku berpisah, lalu beliau pun mulai mencampuri urusan keluarga . Dan karena itu ayah dan ibu tidak lagi harmonis.
Semenjak itu ayahku tidak mau tahu lagi tentang apapun yang berkaitan dengan nenekku. Ayahku sempat mengajak aku dan ibuku untuk pindah dari rumah nenekku. Namun, ibukku menolak. Ibuku pun sudah pasrah dengan keadaan itu. Hingga suatu hari ibuku melahirkan seorang bayi laki – laki. Saat pertengkaran itu terjadi ibukku sedang mengandung 2 bulan yang ayahkku tidak mengetahui itu. Lahirnya adikku membuat hidup kami semakin sulit. Ayahku pun tak ada kabarnya. Hingga kami tidak tahu akan kabarnya, sehat ataupun sedang sakit. Hilang kabar tentang ayahku membuat pikiran ibu semakin banyak. Ibu pun bertengkar dengan nenekku yang aku pun tak tahu masalahnya. Alhasil, kami pun diusir oleh nenekku. Kami bingung mencari tempat tinggal. Sampai beberapa saat kami tinggal di dekat rel kereta. Aku tidak tega melihat adikku kedinginan, dan juga ibuku yang terus – menerus menangis. Aku ingin melakukan sesuatu. Namun, itu tidaklah mungkin.
Pagi hari ada sepasang suami istri. Mereka terkejut – kejut melihat kondisi kami yang memprihatinkan. Mereka ternyata adalah saudara dari ayahku. Awalnya aku sangat senang dengan sikap mereka yang peduli. Mereka sangat menyayangi aku dan adikku seperti anak mereka sendiri. Namun, kebahagian itu kami tidak lama kami rasakan dan masalah yang lain pun datang. Bermula dari istrinya yang mulai menyinggu perasaan ibuku. Lama – lama ibuku merasa tidak betah dan ingin pindah. Ibukku megajakku mencari tempat tinggal. Hingga suatu saat ada orang yang menawarkan pekerjaan dan tempat tinggal. Ibuku berkerja sangat gigih. Pekerjaan ibuku adalah menyadap karet yang hasilnya dibagi dua kepada yang pemilik kebun.
Suatu hari ada seorang wanita cantik bertubuh langsing. Wanita itu adalah Susi. Ia merupakan teman kantor ayahku. Ibuku sangat bahagia terlihat dari ekspresi mukannya. Susi pun memberi surat titipan ayahku. Ibu dengan cepat mengambil surat itu. Saat surat itu di buka, Ibu menemukan selembar surat dan beberapa lembar  uang.
“ Ayah kalian masih ingat kepada kalian, dan sepertinya ayah ingin kita pergi ke tempat ayah kalian berada” kata ibu dengan bahagia dan senyum manisnya. Namun, senyum itu hilang ketika ibu membaca surat itu yang berisi :
“Untuk : Ananda tercinta dan anakku tersayang
Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena aku tidak dapat memenuhi janjiku. Aku sudah mempunyai keluarga baru dengan kata lain aku sudah menikah lagi. Aku sekali lagi minta maaf dan ini ada sebagian uang untuk anak kita. Dan ini ada nomor telephone agar kau bisa menghubungiku saat ada keperluan.”
Setelah membaca surat itu ibu menangis tersedu – sedu seraya memeluk surat itu erat – erat. Aku pun tidak berani bertanya apa yang sedang terjadi, takut akan melukai hati beliau.
                Biarlah waktu yang menjawab semua ini… sejak kejadian itu ibu murung dan sering menagis tanpa sebab. Ingin rasanya aku membuat ibu tersenyum dan menghapus air matanya. Hinnga suatu hari ada seseorang lelaki yang melamar ibuku. Dan akhirnya mereka berdua menikah dan ibuku mengajak ayah tiri, aku dan adikku ke rumah nenek dan meminta maaf atas segala perbuatannya.
                Semenjak itu mulai muncul senyum ibuku di wajahnya yang manis. Itu membuatku sangat senang. Kehidupan baru yang sangat aku rindukan, dengan adanya kebahagiaan.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar