Kamis, 22 September 2011

CERPEN F I K A


FIKA

 
Ada seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama 6 tahun. Pada saat lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang ayah yang mengadopsinya.
Ayahnya berumur 40 tahun yang bertempat tinggal di tempat yang sangat kumuh dan kotor. Karena ia sangat miskin jadi tidak ada wanita yang ingin menikah dengannya. Pada suatu hari ia sedang berjalan-jalan dan secara tidak sengaja ia mendengar suara bayi yang sedang menangis, ia pun terus mencari sumber dari mana berasal suara tangis bayi tersebut. Lalu, ia pun menemukan bayi yang sedang kedinginan dan telah tergeletak di hamparan rumput. Ia pun tidak tega melihat bayi tersebut kemudian ia menggendongnya dan mendiamkan bayi yang sedang menangis itu lalu ia berpikir bahwa jika bayi itu ditinggalkannya maka keselamatan bayi tersebut terancam lalu ia memutuskan untuk merawatnya. Kemudian ia memberi nama Fika terhadap bayi tersebut.
Karena ayah fika sangat miskin jadi ia tidak mampu untuk membeli susu bubuk dan ia pun tidak dapat memberikan asi. Oleh karena itu, ayah fika hanya mampu untuk memberikan air tajin (air beras) kepada fika. Ia pun dengan sangat terpaksa memberikan air tajin tersebut yang tidak layak kepada anaknya tersebut dan ia sangat menyesal karena ia tidak dapat menjadi ayah yang baik dan tidak dapat memberikan makanan yang layak untuk anaknya. Walaupun fika bukan anak kandungnya tetapi, ia sangat menyayangi fika dengan setulus hatinya dan menganggap fika sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena fika sering mengkonsumsi air tajin tersebut maka, ia tumbuh menjadi anak yang lemah dan sakit-sakitan, ayahnya pun ikut khawatir dengan keadaan anaknya yang lemah seperti itu. Tetapi, fika adalah anak yang penurut dan sangat patuh dan ia selalu mencoba agar tetap kuat. Tahun demi tahun berganti fika pun tumbuh dan bertambah besar serta ia menjadi anak yang sangat pintar dan baik hati. Para tetangga pun sering memuji fika yang sangat pintar walaupun ia sering sakit-sakitan sejak kecil dan mereka sangat menyukai fika karena kebaikan hatinya.
Di masa kanak-kanaknya fika sudah mengalami kesusahan dalam hidup yang sangat luar biasa, saat ia berumur 5 tahun ia sudah terbiasa mandiri dan ia sering membantu ayahnya mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, memasak nasi, dan hal-hal lainnya. Setiap hal ia kerjakan dengan baik dan dengan sungguh-sungguh. Dia sadar ia berbeda dengan anak-anak lainnya karena anak-anak yang lain memiliki sepasang orang tua sedangkan ia hanya memiliki seorang ayah. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan ayahnya yang saling menopang. Karena itu, dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat ayahnya menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di
sekolah. Hal ini lah yang membuat ayahnya yang tidak berpendidikan bangga didesanya.
Dia tidak pernah mengecewakan ayahnya, dia pun selalu bernyanyi untuk
ayahnya karena ia ingin selalu menghibur ayahnya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakannya kepada ayahnya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji ayahnya. Setiap
kali melihat senyuman ayahnya, dia merasa puas dan sangat bahagia.
Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki ibu, tetapi
dengan hidup bersama ayahnya, ia sudah sangat berbahagia.
Pada saat fika berada di sekolah tiba-tiba ibu guru datang dan mengumumkan bahwa dalam rangka hari ibu, sekolah akan mengundang para ibu semua anak dan setiap anak harus membuatkan puisi untuk ibunya lalu membacakan puisi tersebut didepan panggung bersama sang ibu, fika pun terlihat sedih dan murung karena ia bingung harus mengajak siapa sebab ia tidak memiliki seorang ibu dan ia berpikir tidak mungkin memberitahukan undangan tersebut pada ayahnya karena ia tidak mau menyulitkan ayahnya dan membuat sedih ayahnya. Sesampainya di rumah pun fika masih terlihat murung dan ayahnya yang memperhatikan fika pun bingung karena fika tidak seperti biasanya yang periang, gembira, dan suka bercanda. Ayahnya pun bertanya tentang keadaan fika yang tidak seperti biasanya tetapi, fika menjawab bahwa ia baik-baik saja dan berkata kepada ayahnya bahwa ayahnya tidak perlu cemas dan fika pun memutuskan untuk tidak mengatakan tentang undangan. Ayahnya pun masih ragu dengan jawaban fika tersebut tetapi, ayahnya tidak ingin memperpanjang lagi dan tidak ingin membuat fika menjadi bingung, ayahnya pun segera mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan agar fika segera tidur karena besok dia akan sekolah akhirnya fika pun menuruti kata ayahnya tersebut. Ayahnya pun masih merenung memikirkan sesuatu apa yang membuat fika menjadi murung dan tampak sedih dan di saat ayah fika yang sedang kebingungan tentang fika tiba-tiba pandangannya tertuju pada tas fika yang berantakan. Dia pun memutuskan untuk membereskannya dan pada saat merapikan buku, ayah fika menemukan sebuah undangan yang ditujukan kepada orangtua murid. Ayah fika pun sadar bahwa hal itulah yang menyebabkan fika menjadi sedih.
Keesokan harinya sebelum fika berangkat sekolah ia dikejutkan dengan ayahnya yang sudah berpakaian sangat rapi dan menunggunya di depan rumah karena fika selalu berangkat sekolah hanya sendiri sebab biasanya saat subuh ayahnya sudah berangkat kerja. Fika yang bingung pun bertanya mengapa ayahnya masih disini dan tidak berangkat kerja tetapi, ayahnya malah menjawab apakah fika sudah membuat puisinya fika pun sangat terkejut dan ayahnya pun juga mengatakan agar fika dapat membaca dengan bagus dan nyaring saat mereka berada dipanggung nanti dan ayahnya pun tersenyum lebar saat itu, begitu mendengar perkataan ayahnya dan melihat senyum yang mekar diwajah ayahnya, fika menjadi semangat lalu ia menghapus air matanya dan menggantinya dengan senyuman indah setelah itu ia memeluk ayahnya dengan erat sambil mengatakan “Kau, adalah ayah tehebat dan aku tidak perlu membutuhkan seorang ibu karena aku mempunyai ayah yang sangat hebat yang selalu ada disampingku”. Mereka pun saling tersenyum dan fika pun berangkat bersama ayahnya menggunakan sepeda di saat perjalanan fika terlihat sibuk menghafal puisinya dan ia tidak henti-hentinya terus tersenyum. Setibanya di sekolah, fika pun langsung menggandeng tangan ayahnya dan mengajak ayahnya untuk ke aula tempat dimana acara berlangsung lalu mereka mencari tempat duduk dan fika langsung mengambil tempat duduk paling depan. Semua orang pun heran mengapa fika membawa ayahnya dan bukan ibunya. Lalu, salah seorang teman fika yang berada disebelahnya bertanya mengapa fika membawa ayahnya dan bukan ibunya kemudian, fika menjawab denga penuh percaya diri “Aku hanya mempunyai seorang ayah”. Teman fika yang mendengar jawabannya pun menjadi bingung, tiba tiba ibu guru mendatangi fika dan ayahnya langsung berkata “Maaf fika hanya mempunyai ayah” ibu guru yang mendengar itu berkata bahwa ia mendatangi fika bukan karena ingin bertanya tentang itu tetapi ia ingin mengatakan bahwa fika tampil urutan pertama di atas panggung dan ibu guru ingin memberikan semangat untuk fika, lalu fika pun mengucapkan terima kasih kepada gurunya itu. Fika pun tampil bersama ayahnya dipanggung dan fika pun membacakan sebuah puisi untuk ayahnya yang berjudul “My Father”
Dikala mentari mulai menepi
Selalu ada harapan dalam keyakinan
Engkaulah sumber kehidupanku
Yang selalu memberikan perlindungan

Dirimu bagai surya dipagi hari
Yang tak pernah terlambat untuk bersinar
Dirimu adalah naungan hidupku
Dan tempatku untuk bersandar

Senja itu tak pernah kulupa
Disaat engkau peluk diriku
Dengan sejuta kasihmu yang suci mulya
Yang selalu memberi kesan dalam hidupku

Sejuta rintangan yang menghalangi
Panas mentari yang menyengat
Engkau rela korbankan waktumu untukku
Dan engkaulah pemberi semangat bagiku
Dan di saat-saat terakhir ada sebuah kalimat yang dibacakan oleh fika I love U father, U're my idol, U're my best thing that I have, I love U father, I love U so much”. Ayah fika yang mendengar puisi anaknya tersebut lalu meneteskan airmata dan memeluk anaknya tersebut. Semua orang pun terkejut melihat penampilan fika dan ayahnya yang sangat mengharukan diatas panggung dan mereka bertepuk tangan dengan meriah. Tetapi, tiba-tiba saat fika ingin turun dari atas panggung ia merasakan pusing dan hidungnya mengeluarkan darah. Ayah fika sangat cemas dengan keadaan fika tersebut dan langsung membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit ternyata banyak orang yang mengantri sedangkan hidung fika terus mengeluarkan darah, fika hanya bisa menahan dengan tangannya. Karena tidak tahan dengan keadaan anaknya yang seperti itu ayah fika memutuskan untuk mengambil sebuah ember yang berada didekat mereka dan ada seorang dokter yang tidak tega dengan keadaan fika tersebut jadi ia langsung dibawa ke ruangan khusus. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa fika mengalami penyakit leukimia yang sudah sangat parah dan dengan keadaannya yang sekarang ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi dan jalan satu-satunya untuk menyelamatkannya adalah mencari tulang sum-sum yang cocok dengannya. Ayahnya pun bingung karena tulang sum-sumnya sudah pasti tidak cocok karena ia bukan ayah kandung dari fika lalu ayah fika memutuskan untuk melihat fika dulu dan sesampainya di ruangan fika, ayahnya menetaskan air mata dan langsung memeluk anak kesayangannya tersebut. Fika pun berkata “Ayah, fika sakit apa? Mengapa ayah menangis? Apakah fika melakukan kesalahan?” ayahnya pun menjawab “Tidak, ayah tidak menangis dan fika tidak melakukan kesalahan apapun dan .....fika....tidak sakit, fika hanya..............” ayahnya pun bingung harus mengatakan apa kepada fika tetapi fika malah tersenyum dan berkata “Ayah.....jangan takut......jikapun fika sakit, fika tidak takut menghadapi itu karena ayah selalu menemani fika. Ayahnya pun tak tahan menahan haru dan ia kembali meneteskan airmata dan memeluk fika.
       Hari demi hari ayah fika selalu mencari-cari orang yang dapat mendonorkan tulang sum-sumnya pada fika  tetapi tetap tidak ada hasil tidak ada tulang sum-sum yang cocok untuk fika dan fika pun tetap menjalani hidupnya seperti biasa tanpa menghiraukan penyakitnya yang semakin parah.
       Pada saat fika berangkat sekolah, ayahnya mengantarkannya ke sekolah dan pada saat diperjalanan tiba-tiba fika berkata “Ayah aku senang hari ini ayah dapat mengantarku, ayah jika terjadi sesuatu padaku nanti aku ingin ayah tidak meneteskan airmata” fika pun lalu tersenyum dan ayahnya kaget ketika mendengar permintaan fika yang tidak seperti biasanya dan ternyata tanpa terduga itu adalah permintaan terakhir fika terhadap ayahnya karena pada saat ayahnya bekerja tiba-tiba ia ditelepon oleh pihak sekolah bahwa fika jatuh pingsan di sekolah dan ketika ia dibawa rumah sakit ternyata fika sudah tidak bisa terselamatkan lagi ayah fika yang mendengar itu langsung shock seketika.
Pemakaman fika pun tiba ayahnya masih terlihat tidak rela atas kepergian anak kesayangannya tersebut dan sebelum ayahnya pergi sambil tersenyum ia berkata “Putri kecilku, berbahagialah di sana, ayah sayang fika dan fika selalu akan ada dihati ayah”.
THE END
Karya : CLara Bilingual one

Tidak ada komentar:

Posting Komentar